Metodologi Pengajaran - OBJEK DAN SUBJEK PENDIDIKAN

Selasa, 19 Oktober 2010

 OBJEK DAN SUBJEK  PENDIDIKAN


 2.1.1 Objek Pendidikan
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian/pengamatan. Karena pihak penilai/evaluator ingin memperoleh informasi tentang kegiatan/proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui objek dari pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi yaitu segi input ; transformasi; dan output.
A.      Input
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input tidak lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal:
  • Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program pendidikan suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon peserta didik harus memiliki kemampuan yang sepadan atau memadai, sehingga nantinya peserta didik tidak akan mengalami hambatan atau kesulitan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut Attitude Test.


  • Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat mempengaruhi mereka dalam mengikuti program pendidikan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut Personality Test.
  • Sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale.
  • Inteligensi
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale.
B.      Transformasi
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi barang jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan ; karena itu objek-objek yang termasuk dalam transformasi itu perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan antara lain :
1.       Kurikulum/materi pelajaran,
2.       Metode pengajaran dan cara penilaian,
3.       Sarana pendidikan/media pendidikan,
4.       System administrasi,
5.       Guru dan personal lainya dalam proses pendidikan.
C.      Output
Sasaran dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut Achievement Test.
2.1.2    Subjek Pendidikan
Subjek/pelaku pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut subjek evaluasi untuk setiap tes ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku, karena tidak setiap orang dapat melakukannnya.
Dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana sasaran evaluasinya adalah sasaran belajar, maka subjek evaluasinya adalah guru atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya adalah peserta didik, maka subjek evaluasinya adalah guru atau petugas yang sebelum melaksanakan evaluasi tentang sikap itu, terlebih dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai sikap seseorang.
Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta didik, di mana pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes yang sifatnya baku (Standardized Test), maka subjek evaluasinya tidak bisa lain kecuali seorang psikolog; yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli yang profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping alat-alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang itu sifatnya rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat dikerjakan oleh orang lain.


2.1.3 Pengukuran Bidang Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
A. Kompetensi Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan sebuah komponen yang mempengaruhi belajar siswa. Guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Sebagai manusia, dalam dirinya, seorang guru mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kedua aspek tersebut berpengaruh terhadap jati dirinya sebagai seorang guru pendidik.
  1.  
    1. Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Terkait dengan peranan yang dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru adalah kemampuan guru tersebut mengajar dan mendidik siswanya. kompetensi guru dibagi menjadi 3 yaitu kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
  1.  
    1.  
      1. Kompetensi/kemampuan kognitif.
Kompetensi/kemampuan kognitif guru adalah kemampuan guru di mana ia mengatur dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran. Artinya, kemampuan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi materi mana yang harus disampaikan kepada siswa, memilih materi yang cocok dan sesuai, serta menerapkan metode mengajar yang sesuai dan pemikiran yang kreatif. Dalam proses belajar mengajar, kompetensi guru sangat berpengaruh karena meliputi sejumlah kemampuan dalam penerapan metode mengajar yang juga akan membawa pengaruh dalam kelas. Guru yang menguasai materi dan kreatif akan dapat menciptakan kelas yang termotivasi tinggi sehingga proses peningkatan keterlibatan siswa menjadi terdukung.


  1.  
    1.  
      1. Kompetensi afektif.
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam melibatkan aspek kemanusiaan dalam mendidik siswa. Aspek kemanusiaan tersebut adalah cinta (love), pengertian (understanding), kesabaran (patience), dan penghargaan (appreciation) yang ia berikan kepada siswa. Sebagai makhluk Tuhan, siswa tidak hanya sebagai subyek pembelajaran, tetapi mereka juga manusia yang mempunyai hati dan perasaan. Guru yang penuh cinta, kepedulian, dan pengertian akan membuat siswanya senang dan termotivasi untuk belajar. Sebaliknya, guru yang kejam dan mempunyai kewenangan tinggi dan suka meremehkan siswanya akan membuat siswa kurang termotivasi dan merasa tidak nyaman saat belajar.
  1.  
    1.  
      1. Kompetensi psikomotor.
Kompetensi atau kemampuan psikomotor adalah kompetensi guru dalam menggerakkan tubuhnya dan melakukan sesuatu kegiatan sebagai hasil kerja otak dan pikiran. Kompetensi seperti ini dapat dibentuk kemampuan guru dalam mengajar saat proses belajar mengajar berlangsung.
  1.  
    1. Kepribadian
Kepribadian seorang guru juga mempunyai pengaruh yang besar dalam proses belajar mengajar. Pengaruh tersebut lebih dikenakan pada tujuan pembelajaran siswa karena hal itu erat kaitannya dengan guru yang bersangkutan. Kepribadian guru tersebut melbatkan hal seperti nilai, semangat bekerja, sifat atau karakteristik, dan tingkah laku. Sebagai manusian seorang guru mempunyai nilai (values) yang diimplementasikan saat ia berbicara dan bertingkahlaku di depan kelas. Sebagai contoh, rasa tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hal, kesediaan membantu orang lain, berkorban, dan lain-lain. Termasuk dari tuntutan kurikulum dan buku, guru juga harus bias menyampaikan perasan yang terkandung di dalamnya yang berkaitan dengan nilai kehidupan kepada siswa.

B. Kompetensi Siswa.
Disamping guru, keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar juga mempunyai pengaruh yang sangat besar. Seperti layaknya guru yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebagai manusia, siswa mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kompetensi tersebut juga meliputi hal yang sama yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kompetensi siswa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menerima dan menerapkan semua materi yang telah disampaikan oleh guru kepada mereka. Kompetensi kognitif siswa merupakan kemampuan siswa dalam mengembagkan cara berpikirnya dalam menerima materi. Kompetensi afektif adalah kemampuan siswa dalam membangun motivasi bagi diri mereka sendiri sehingga tercipta kesiapan untuk melaksanakan proses belajar. Sedangkan kompetensi psikomotor merupakan kemampuan yang melibatkan gerakan tubuh siswa sebagai hasil pembelajaran yang ia serap dari proses belajar.
2.2  Menentukan Entering Behavior
                Entering behavior adalah gambaran tentang kesiapan siswa. Kesiapan yang paling penting diketahui guru ialah kesiapan siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan dihubungkan dengan tujuan pengajaran; karena entering behavior mampu menjelaskan kapan pengajaran harus dimulai. Secara keseluruhan ada 4 hal yang harus diperhitungkan dalam menentukan entering behavior siswa.
1.       Kesiapan
Ini yang pertama dan paling utama. Teknik yang paling mudah dalam menentukan kesiapan ialah menyelenggarakan pretest. Isi pretest disini bukan mengenai bahan yang akan diajarkan melainkan mengenai bahan yang mendahuluinya (prerequisite-nya) tes mengenai penguasaan bahan dapat mempermudah  siswa mempelajari bahan yang akan diajarkan.
2.       Kematangan
Ini adalah konsep yang menyangkut keadaan biologis dan psikologis yang sering disebut dengan istilah masa peka. Entering behavior siswa yang menyangkut kematangan dapat ditetapkan dengan cara mengajukan pertanyaan. Apakah sudah tepat waktunya mengajarkan bahan tersebut pada siswa.secara teoritis kematangan siswa untuk mempelajari  bahan baru ditentukan dengan menggunakan teori-teori biologi dan psikologi. Teori-teori itu dapat menjelaskan masa-masa peka manusia pada umumnya. Kesiapan dan kematangan merupakan dua pertimbangan entering behavior yang amat erat hubungannya. Siswa yang belum matang (peka) tentu saja belum siap, tetapi siswa yang belum siap mungkin saja sudah matang.
3.       Perbedaan individu
Dalam pengajaran, guru harus mempertimbangkan perbedaan individu. Ini adalah salah satu ciri pengajaran modern yang mengangggap manusia adalah makhluk individual, yang tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Perbedaan individu itu banyak seginya. Yang penting dalam menentukan entering behavior siswa adalah perbedaan umur, jenis kelamin, dan perbedaan dalam pengetahuan. Pertimbangan mengenai umur akan mempengaruhi cara mengajar, evaluasi, penggunaan alat, dan lain-lain. Cara mengajar dengan menggunakan metode diskusi misalnya, jelas ditentukan juga entering behavior berapa umur siswa. Anak kecil belum dapat diajar dengan menggunakan metode diskusi.  Pemilihan bahan juga ditentukan oleh pertimbangan umur siswa.
4.       Perbedaan individu siswa.
Teori-teori tentang kepribadian termasuk bagian yang sulit dalam psikologi. Ada siswa yang kepribasiannya terbuka dan ada yang tertutup; ada yang pendiam ada yang lincah; ada yang menyenangi keterusterangan ada yang menyukai sindiran berupa kalimat bersayap; ada yang senang bergaul ada yang suka menyendiri; ada yang gampang tersinggung tetapi banyak yang tidak mudah tersinggung; ada yang dengan mudah memaafkan dan ada sedikit yang tidak mudah member maaf kepada temannya yang bersalah sekalipun tidak sengaja.
Hubungan antara susunan kepribadian yang bermacam-macam itu dengan entering behavior ialah entering behavior itu merupakan keputusan kita tentang hubungan keadaan kepribadian itu dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Dalam operasinya, pengetahuan kita tentang keadaan kepribadian siswa akan mengilhami keputusan kita mengenai entering behavior siswa.
                Tujuan utama menentukan entering behavior siswa ialah agar guru dapat menyelesaikan pengajaran yang efektif dan efisien. Keputusan kita tentang entering behavior siswa akan menentukan pemilihan materi pengajaran, bentuk interaksi  (metode), pemilihan alat, evaluasi, dan lain-lain.



2.2.1 Menetapkan Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar dalam Rangka Mengidentifikasi Entering Behavior Siswa
a. Sasaran-Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari sangat operasional dan konkret sampai yang bersifat universal. Tujuan itu pada akhirnya harus diterjemahkan dalam ciri-ciri / sifat-sifat wujud perilaku dan pribadi dari manusia yang dicita-citakan. Sistem pendidikan harus melahirkan para warga Negara yang memiliki empat kemampuan, kecakapan dan sifat utama, yaitu :
  • Self realization, maksudnya manusia harus mampu mewujudkan dan mengembangkan bakat-bakatnya seoptimal mungkin.
  • Human relationship (hubungan antar manusia)
  • Economic efficiency (efisiensi ekonomi)
  • Civil responsibility, manusia harus memiliki tanggung jawab sebagai warga negara

b.Entering Behavior Siswa
Meskipun terdapat keragaman dari berbagai paham dan teori tentang makna perbuatan belajar, namun teori manapun pada akhirnya cenderung untuk sampai pada konsensus bahwa hasil perbuatan belajar itu dimanifestasikan dalam perubahan perilaku dan pribadi baik secara material-substansial, struktural-fungsional, maupun secara behavioral. Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan belajar mengajar inilah yang dimaksudkan denganEntering Behavior. Entering Behavior ini akan dapat kita identifikasikan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Secara tradisional, lazimnya para guru memulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan-bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
2. secara inovatif, guru-guru sudah mulai mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan cara melakukan pre-test sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Dengan mengetahui gambaran tentang entering behavior, siswa akan memberikan banyak sekali bantuan kepada guru, antara lain :
1) Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual antarsiswa dalam taraf kesiapannya, kematangannya, serta tingkat penguasaan dari pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai landasan bahan baru.
2) Dengan mengetahui disposisi perilaku siswa tersebut, guru akan dapat mempertimbangkan dan memilih bahan, metode, teknik, dan alat bantu belajar mengajar yang sesuai.
3) Dengan membandingkan nilai hasil pre-test dengan nilai hasil akhir, guru akan memperoleh indikator yang menunjukkan seberapa banyak perubahan perilaku yang terjadi pada siswa.

Mengingat hakikat perubahan perilaku itu dapat berupa penambahan, peningkatan hal-hal baru terhadap hal lama yang telah dikuasai, atau bahkan berupa pengurangan terhadap perilaku lama yang tidak diinginkan (merokok, mencontek, dsb) , maka sekurang-kurangnya ada tiga dimensi dari entering behavior itu yang perlu diketahui guru adalah :
a. Batas-batas cangkupan ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai siswa.
b. Tingkatan dan urutan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang telah dicapai dan dikuasai siswa.
c. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikomorik, proses-proses kognitif, pengalaman, mengingat, berpikir, afektif, emosional, motivasi, dan kebiasaan.

Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan :
a) Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.
 b) Tingkat dan tahap serta jenis kemamupuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan.
c) Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.
d) Seberapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.


Metodologi Pengajaran - Taksonomi

Selasa, 12 Oktober 2010


Taxonomy 

A.    
Taxonomy Pengetahuan

Bloom’s Taxonomy terbagi dalam 3 domain utama yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Domain Kognitif : oleh Bloom, domain ini dibagi dalam 6 level. Setiap level menitikberatkan pada aspek berpikir, dari yang paling sederhana sampai ke hal yang kompleks. Enam level tersebut adalah knowledge, comprehension, application, analysis, synthesis, dan evaluation.
Domain Afektif : Memang kebanyakan proses pendidikan menitikberatkan pada aspek kognisi, namun perlu diingat bahwa aspek afektif juga merupakan ranah yang seharusnya tersentuh dalam pendidikan. Bloom’s taxonomy membagi domain ini dalam 5 kategori, yaitu : receiving, responding, valuing, organizing, characterization by value.
Domain Psikomotor : Umumnya kita memahami aktivitas psikomotor sebagai bagian dari kegiatan olahraga namun sesungguhnya banyak bidang membutuhkan aktivitas ini. Tidak dapat kita pungkiri kan kalau aktivitas menulis merupakan bagian aktivitas psikomotor. Bloom’s taxonomy membagi level ini dalam 6 kategori yaitu : Reflex movements, basic fundamental movement, perceptual abilities, physical abilities, skilled movement, dan nondiscursive communication.


 B.     TAXONOMI BELAJAR & PENGAJARAN MENURUT TEORI
  • Teori Belajar
Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.
a. Teori Disiplin Mental
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.
b. Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.
c. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.


d. Makna dan Ciri Belajar
Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakaapn, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain : belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
e. Prinsip-prinsip Belajar
            Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
             Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai berikut : kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.
Seorang guru agar mudah menentukan pilihan teori dalam mengajar, maka perlu diketahui beberapa teori mengajar, antara lain :
  • Teori Mengajar
Teori Assosiasi atau Teori Tanggapan 
Menurut teori ( dikemukakan oleh Herbart ) ini mengajar adalah memberikan tanggapan atau pengetahuan seluas-luasnya kepada anak. Tujuannya adalah berfikir, yaitu membuat hubungan antara tanggapan dengan pengetahuan baru ( bahan yang akan diajarkan), dan agar pengajaran dapat diterima maka pengajaran harus tahap demi tahap.
Langkah mengajar dengan teori ini, sbb.
- Persiapan
- Presentasi ( Penyajian )
- Mengadakan perbandingan dan asosiasi bahan
- Perumusan/ penyimpulan
- Aplikasi/ penerapan
(1)   Teori Daya
Menurut teori ini jiwa manusia terdiri atas berbagai macam daya, yaitu daya mengenal, merasa. Menghayal, mengamati, menyimpan, mereproduksi, mengasosiasikan tanggapan, berkehendak, mengingat dan berfikir. Tiap daya dapat dididik dan dilatih sendiri-sendiri secara terpisah.
Karenanya menurut teori ini bahan /tugas/ latihan apa saja yang diberikan tidak menjadi problem, maka mengajar berdasarkan teori ini orientasinya memberikan bahan/tugas/ latihan sebanyak-banyaknya.
(2) Teori Gestalt
Teori gestalt atau lebih dikenal dengan teori totalitas berpandangan bahwa manusia menghayati sesuatu perangsang ditanggapi secara keseluruhan, bukan bagian-bagian dari perangsang itu. Mengajar berdasar teori ini adalah memperjelas dan memperinci perangsang totalitas menjadi jelas bagian-bagiannya dan ikatan bagian-bagian itu.
(3) Teori Luister School
Berdasar teori ini mengajar adalah menyampaikan bahan kepada anak melalui ceramah, khutbah dan lain-lain penyampaian lisan. Dengan teori ini yang dituntut aktif adalah guru sementara anak fasip.
(4) Teori L’ecole Active
Menurut teori ini, pendidik cukup menyampaian tujuan dan pokok bahasan saja, sementara peserta didik dituntut dan mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk memecahkan masalah sendiri.
(5) Teori Vitale Dialektis
Berdasar teori ini, pertama guru aktif memberikan petunjuk dan penjelasan selanjutnya dia hanya berperan sebagai pembimbing dan anak yang dituntut aktif.

  1. C.    Metodologi Pengajaran
Metodologi berasal dari bahasa Latin " Meta " dan " Hodos " meta artinya jauh (melampaui), Hodos artinya jalan (cara). Metodologi adalah ilmu mengenai cara-cara mencapai tujuan. Sedangkan Pengertian Pengajaran Menurut Sikun Pribadi Guru Besar IKIP Bandung berpendapat bahwa pengajaran itu adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotorik semata - mata, yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis dan objektif serta terampil dalam mengerjakan sesuatu . 
Dari definisi-definisi metodologi dan mengajar yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pengertian metodolgi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. 


  1. D.    Implikasi Taxonomy Pengetahuan dengan Metodologi Pengajaran
Berikut ini diuraikan penggunaan kata-kata kerja untuk setiap domain kognitif, efektif, dan psikomotor yang dapat dijadikan pedoman dalam perumusan tujuan pembelajaran.
1. Domain kognitif
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) a. Ingatan (kata kerja yang dapat digunakan)
Mengetahui hal-hal tertentu. Mengetahui pokok-pokok pikiran. Mengetahui fakta-fakta yang spesifik. Menggambarkan, mendefinisikan, memberi ciri, menyusun daftar, mengingat kembali, menyebutkan, memproduksi.
b. Pemahaman
Memahami hal-hal dan pokok pikiran.Menginterprestasikan kata-kata dalam tabel Mengubah, menjelaskan, mengikhtisarkan, menyusun kembali, menafsirkan, membedakan, memperkirakan, memperluas, menyimpulkan, menganulir. c. Penerapan
Menerapkan konsep-konsep dan pokok-pokok pikiran pada situasi baru. Mendemonstrasikan penggunaan metode atau prosedur yang benar. Memperhitungkan, mendemonstrasikan, mengubah struktur, mengembangkan, menerapkan, menggunakan, menemukan, menyiapkan, memproduksi, menghubungkan, meramalkan, menangani.
d. Analisis
Membedakan fakta dan kesimpulan, mengevaluasi relevansi data. Mengenal, menyadari adanya asumsi yang tidak diungkapkan. Membedakan dan mendiskriminasikan, mendiagramkan, memilih, memisahkan, membagi-bagikan, mengilustrasikan, mengklasifikasikan.
e. Sintesis
Menulis suatu tema yang terorganisasi dengan baik Menulis cerita/puisi. Bepidato dengan baik. Mengajukan rencana eksperimen. Menyususn skema baru. Mengintegrasikan. Mengatagorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain, menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menghubungkan, merevisi, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan, mengatur.

f. Evaluasi
Mempertimbangkan konsistensi logis dari bahan tertulis. Mempertimbangkan ketetapan kesimpulan yang didukung oleh data. Mempertimbangkan nilai suatu pekerjaan. Mempertimbangkan nilai pekerjaan dengan nilai stnadar kebaikan. Menyimpulkan, mengkritik, mendukung, menerangkan, mengikhtisarkan membandingkan, mempertentangkan, menghubungkan meringkaskan

2. Domain afektif
a. Penerimaan
Mendengarkan dengan penuh perhatian. Memperlihatkan kesadaran akan kepentingan belajar.Bertanya, menggambarkan, mengikuti, memberi, menyelenggarakan, mengidentifikasikan, menempatkan, menanamkan, memilih, menggunakan. b. Memberi respons
Menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan ikut serta dalam diskusi kelas. Menjawab, menaati, menyetujui, membantu, menceritakan, melaksanakan, mempersembahkan, menuliskan, menunjukkan.
c. Penilaian
Menunjukkan kepercayaan dalam proses demokrasi. Mempertunjukkan keterkaitan dengan kesejahteraan yang lain. Menggambarkan, menerangkan, mengikuti, mengajak, bergabung, memohon, melapor, bekerja.
d. Pengorganisasian
Menerima pertanggungjawaban atas tingkah lakunya. Merumuskan rencana hidup sesuai dengan kemampuan mental dan kepercayaan. Mematuhi, mengatur, menggabungkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, mengembangkan.

e. Karakterisasi
Menemukan kepercayaan diri dalam bekerja sendiri. Menjaga kebiasaan sehat. Mengorganisasi, menyintesiskan, mempergunakan, mendengarkan, melaksanakan, mempraktekkan, memohon, menanyakan, merevisi memecahkan masalah, menelaah kembali kebenaran sesuatu.
3. Domain psikomotor
a. Peniruan
Menampilkan tingkah tari dengan tepat. Meniru gambar jadi. Merakit, membersihkan, mengubah, membetulkan, mengencangkan, mengikuti, memegang, memanipulasi, menempatkan, memukul
b. Manipulasi
Memperbaiki mobil dengan terampil. Menjadikan mesin gergaji listrik. Merakit, membangun, melapisi, mengebor, menguatkan, menggurinda, memalu, memperbaiki, mengampelas, menggergaji.
c. Ketetapan
Mengendarai mobil dengan terampil. Menjalankan mesin gergaji listrik. Sama dengan manipulasi, tetapi dengan kontrol yang lebih dan kesalahan lebih sedikit.
d. Artikulasi
Menulis dengan rapi dan jelas. Mengetik cepat dan tepat. Memeriksa skala, mengalami, mengidentifikasi, menempatkan, memanipulasi, menjahit, menajamkan, membungkus, menulis.
f. Pengalamiahan
Memainkan bola dengan mahir. Menampilkan gaya yang benar dalam berenang. Merakit, mendemonstrasikan, menempilkan, menjalankan, membangun, mengarang.

Metodologi Pengajaran - OBJEK DAN SUBJEK PENDIDIKAN

OBJEK DAN SUBJEK PENDIDIKAN

 2.1.1 Objek Pendidikan
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian/pengamatan. Karena pihak penilai/evaluator ingin memperoleh informasi tentang kegiatan/proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui objek dari pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi yaitu segi input ; transformasi; dan output.
A.      Input
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input tidak lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal:
  • Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program pendidikan suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon peserta didik harus memiliki kemampuan yang sepadan atau memadai, sehingga nantinya peserta didik tidak akan mengalami hambatan atau kesulitan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut Attitude Test.


  • Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat mempengaruhi mereka dalam mengikuti program pendidikan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut Personality Test.
  • Sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale.
  • Inteligensi
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale.
B.      Transformasi
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi barang jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan ; karena itu objek-objek yang termasuk dalam transformasi itu perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan antara lain :
1.       Kurikulum/materi pelajaran,
2.       Metode pengajaran dan cara penilaian,
3.       Sarana pendidikan/media pendidikan,
4.       System administrasi,
5.       Guru dan personal lainya dalam proses pendidikan.
C.      Output
Sasaran dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut Achievement Test.
2.1.2    Subjek Pendidikan
Subjek/pelaku pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut subjek evaluasi untuk setiap tes ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku, karena tidak setiap orang dapat melakukannnya.
Dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana sasaran evaluasinya adalah sasaran belajar, maka subjek evaluasinya adalah guru atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya adalah peserta didik, maka subjek evaluasinya adalah guru atau petugas yang sebelum melaksanakan evaluasi tentang sikap itu, terlebih dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai sikap seseorang.
Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta didik, di mana pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes yang sifatnya baku (Standardized Test), maka subjek evaluasinya tidak bisa lain kecuali seorang psikolog; yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli yang profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping alat-alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang itu sifatnya rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat dikerjakan oleh orang lain.


2.1.3 Pengukuran Bidang Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
A. Kompetensi Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan sebuah komponen yang mempengaruhi belajar siswa. Guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Sebagai manusia, dalam dirinya, seorang guru mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kedua aspek tersebut berpengaruh terhadap jati dirinya sebagai seorang guru pendidik.
  1.  
    1. Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Terkait dengan peranan yang dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru adalah kemampuan guru tersebut mengajar dan mendidik siswanya. kompetensi guru dibagi menjadi 3 yaitu kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
  1.  
    1.  
      1. Kompetensi/kemampuan kognitif.
Kompetensi/kemampuan kognitif guru adalah kemampuan guru di mana ia mengatur dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran. Artinya, kemampuan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi materi mana yang harus disampaikan kepada siswa, memilih materi yang cocok dan sesuai, serta menerapkan metode mengajar yang sesuai dan pemikiran yang kreatif. Dalam proses belajar mengajar, kompetensi guru sangat berpengaruh karena meliputi sejumlah kemampuan dalam penerapan metode mengajar yang juga akan membawa pengaruh dalam kelas. Guru yang menguasai materi dan kreatif akan dapat menciptakan kelas yang termotivasi tinggi sehingga proses peningkatan keterlibatan siswa menjadi terdukung.


  1.  
    1.  
      1. Kompetensi afektif.
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam melibatkan aspek kemanusiaan dalam mendidik siswa. Aspek kemanusiaan tersebut adalah cinta (love), pengertian (understanding), kesabaran (patience), dan penghargaan (appreciation) yang ia berikan kepada siswa. Sebagai makhluk Tuhan, siswa tidak hanya sebagai subyek pembelajaran, tetapi mereka juga manusia yang mempunyai hati dan perasaan. Guru yang penuh cinta, kepedulian, dan pengertian akan membuat siswanya senang dan termotivasi untuk belajar. Sebaliknya, guru yang kejam dan mempunyai kewenangan tinggi dan suka meremehkan siswanya akan membuat siswa kurang termotivasi dan merasa tidak nyaman saat belajar.
  1.  
    1.  
      1. Kompetensi psikomotor.
Kompetensi atau kemampuan psikomotor adalah kompetensi guru dalam menggerakkan tubuhnya dan melakukan sesuatu kegiatan sebagai hasil kerja otak dan pikiran. Kompetensi seperti ini dapat dibentuk kemampuan guru dalam mengajar saat proses belajar mengajar berlangsung.
  1.  
    1. Kepribadian
Kepribadian seorang guru juga mempunyai pengaruh yang besar dalam proses belajar mengajar. Pengaruh tersebut lebih dikenakan pada tujuan pembelajaran siswa karena hal itu erat kaitannya dengan guru yang bersangkutan. Kepribadian guru tersebut melbatkan hal seperti nilai, semangat bekerja, sifat atau karakteristik, dan tingkah laku. Sebagai manusian seorang guru mempunyai nilai (values) yang diimplementasikan saat ia berbicara dan bertingkahlaku di depan kelas. Sebagai contoh, rasa tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hal, kesediaan membantu orang lain, berkorban, dan lain-lain. Termasuk dari tuntutan kurikulum dan buku, guru juga harus bias menyampaikan perasan yang terkandung di dalamnya yang berkaitan dengan nilai kehidupan kepada siswa.

B. Kompetensi Siswa.
Disamping guru, keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar juga mempunyai pengaruh yang sangat besar. Seperti layaknya guru yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebagai manusia, siswa mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kompetensi tersebut juga meliputi hal yang sama yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kompetensi siswa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menerima dan menerapkan semua materi yang telah disampaikan oleh guru kepada mereka. Kompetensi kognitif siswa merupakan kemampuan siswa dalam mengembagkan cara berpikirnya dalam menerima materi. Kompetensi afektif adalah kemampuan siswa dalam membangun motivasi bagi diri mereka sendiri sehingga tercipta kesiapan untuk melaksanakan proses belajar. Sedangkan kompetensi psikomotor merupakan kemampuan yang melibatkan gerakan tubuh siswa sebagai hasil pembelajaran yang ia serap dari proses belajar.
2.2  Menentukan Entering Behavior
                Entering behavior adalah gambaran tentang kesiapan siswa. Kesiapan yang paling penting diketahui guru ialah kesiapan siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan dihubungkan dengan tujuan pengajaran; karena entering behavior mampu menjelaskan kapan pengajaran harus dimulai. Secara keseluruhan ada 4 hal yang harus diperhitungkan dalam menentukan entering behavior siswa.
1.       Kesiapan
Ini yang pertama dan paling utama. Teknik yang paling mudah dalam menentukan kesiapan ialah menyelenggarakan pretest. Isi pretest disini bukan mengenai bahan yang akan diajarkan melainkan mengenai bahan yang mendahuluinya (prerequisite-nya) tes mengenai penguasaan bahan dapat mempermudah  siswa mempelajari bahan yang akan diajarkan.
2.       Kematangan
Ini adalah konsep yang menyangkut keadaan biologis dan psikologis yang sering disebut dengan istilah masa peka. Entering behavior siswa yang menyangkut kematangan dapat ditetapkan dengan cara mengajukan pertanyaan. Apakah sudah tepat waktunya mengajarkan bahan tersebut pada siswa.secara teoritis kematangan siswa untuk mempelajari  bahan baru ditentukan dengan menggunakan teori-teori biologi dan psikologi. Teori-teori itu dapat menjelaskan masa-masa peka manusia pada umumnya. Kesiapan dan kematangan merupakan dua pertimbangan entering behavior yang amat erat hubungannya. Siswa yang belum matang (peka) tentu saja belum siap, tetapi siswa yang belum siap mungkin saja sudah matang.
3.       Perbedaan individu
Dalam pengajaran, guru harus mempertimbangkan perbedaan individu. Ini adalah salah satu ciri pengajaran modern yang mengangggap manusia adalah makhluk individual, yang tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Perbedaan individu itu banyak seginya. Yang penting dalam menentukan entering behavior siswa adalah perbedaan umur, jenis kelamin, dan perbedaan dalam pengetahuan. Pertimbangan mengenai umur akan mempengaruhi cara mengajar, evaluasi, penggunaan alat, dan lain-lain. Cara mengajar dengan menggunakan metode diskusi misalnya, jelas ditentukan juga entering behavior berapa umur siswa. Anak kecil belum dapat diajar dengan menggunakan metode diskusi.  Pemilihan bahan juga ditentukan oleh pertimbangan umur siswa.
4.       Perbedaan individu siswa.
Teori-teori tentang kepribadian termasuk bagian yang sulit dalam psikologi. Ada siswa yang kepribasiannya terbuka dan ada yang tertutup; ada yang pendiam ada yang lincah; ada yang menyenangi keterusterangan ada yang menyukai sindiran berupa kalimat bersayap; ada yang senang bergaul ada yang suka menyendiri; ada yang gampang tersinggung tetapi banyak yang tidak mudah tersinggung; ada yang dengan mudah memaafkan dan ada sedikit yang tidak mudah member maaf kepada temannya yang bersalah sekalipun tidak sengaja.
Hubungan antara susunan kepribadian yang bermacam-macam itu dengan entering behavior ialah entering behavior itu merupakan keputusan kita tentang hubungan keadaan kepribadian itu dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Dalam operasinya, pengetahuan kita tentang keadaan kepribadian siswa akan mengilhami keputusan kita mengenai entering behavior siswa.
                Tujuan utama menentukan entering behavior siswa ialah agar guru dapat menyelesaikan pengajaran yang efektif dan efisien. Keputusan kita tentang entering behavior siswa akan menentukan pemilihan materi pengajaran, bentuk interaksi  (metode), pemilihan alat, evaluasi, dan lain-lain.



2.2.1 Menetapkan Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar dalam Rangka Mengidentifikasi Entering Behavior Siswa
a. Sasaran-Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari sangat operasional dan konkret sampai yang bersifat universal. Tujuan itu pada akhirnya harus diterjemahkan dalam ciri-ciri / sifat-sifat wujud perilaku dan pribadi dari manusia yang dicita-citakan. Sistem pendidikan harus melahirkan para warga Negara yang memiliki empat kemampuan, kecakapan dan sifat utama, yaitu :
  • Self realization, maksudnya manusia harus mampu mewujudkan dan mengembangkan bakat-bakatnya seoptimal mungkin.
  • Human relationship (hubungan antar manusia)
  • Economic efficiency (efisiensi ekonomi)
  • Civil responsibility, manusia harus memiliki tanggung jawab sebagai warga negara

b.Entering Behavior Siswa
Meskipun terdapat keragaman dari berbagai paham dan teori tentang makna perbuatan belajar, namun teori manapun pada akhirnya cenderung untuk sampai pada konsensus bahwa hasil perbuatan belajar itu dimanifestasikan dalam perubahan perilaku dan pribadi baik secara material-substansial, struktural-fungsional, maupun secara behavioral. Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan belajar mengajar inilah yang dimaksudkan denganEntering Behavior. Entering Behavior ini akan dapat kita identifikasikan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Secara tradisional, lazimnya para guru memulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan-bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
2. secara inovatif, guru-guru sudah mulai mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan cara melakukan pre-test sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Dengan mengetahui gambaran tentang entering behavior, siswa akan memberikan banyak sekali bantuan kepada guru, antara lain :
1) Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual antarsiswa dalam taraf kesiapannya, kematangannya, serta tingkat penguasaan dari pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai landasan bahan baru.
2) Dengan mengetahui disposisi perilaku siswa tersebut, guru akan dapat mempertimbangkan dan memilih bahan, metode, teknik, dan alat bantu belajar mengajar yang sesuai.
3) Dengan membandingkan nilai hasil pre-test dengan nilai hasil akhir, guru akan memperoleh indikator yang menunjukkan seberapa banyak perubahan perilaku yang terjadi pada siswa.

Mengingat hakikat perubahan perilaku itu dapat berupa penambahan, peningkatan hal-hal baru terhadap hal lama yang telah dikuasai, atau bahkan berupa pengurangan terhadap perilaku lama yang tidak diinginkan (merokok, mencontek, dsb) , maka sekurang-kurangnya ada tiga dimensi dari entering behavior itu yang perlu diketahui guru adalah :
a. Batas-batas cangkupan ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai siswa.
b. Tingkatan dan urutan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang telah dicapai dan dikuasai siswa.
c. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikomorik, proses-proses kognitif, pengalaman, mengingat, berpikir, afektif, emosional, motivasi, dan kebiasaan.

Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan :
a) Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.
 b) Tingkat dan tahap serta jenis kemamupuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan.
c) Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.
d) Seberapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.