Metodologi Pengajaran - OBJEK DAN SUBJEK PENDIDIKAN

Selasa, 19 Oktober 2010

 OBJEK DAN SUBJEK  PENDIDIKAN


 2.1.1 Objek Pendidikan
Yang dimaksud dengan objek atau sasaran pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan/proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian/pengamatan. Karena pihak penilai/evaluator ingin memperoleh informasi tentang kegiatan/proses pendidikan tersebut. Salah satu cara untuk mengetahui objek dari pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi yaitu segi input ; transformasi; dan output.
A.      Input
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah, input tidak lain adalah calon siswa. Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal:
  • Kemampuan
Untuk dapat mengikuti program pendidikan suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon peserta didik harus memiliki kemampuan yang sepadan atau memadai, sehingga nantinya peserta didik tidak akan mengalami hambatan atau kesulitan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut Attitude Test.


  • Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan, sebab baik-buruknya kepribadian secara psikologis akan dapat mempengaruhi mereka dalam mengikuti program pendidikan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut Personality Test.
  • Sikap
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale.
  • Inteligensi
Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala ataugambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka informasi mengenai sikap seseorang penting sekali. Alat untuk mengetahui keadaan sikap seseorang dinamakan Attitude Test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka disebut dengan Attitude Scale.
B.      Transformasi
Transformasi yang dapat diibaratkan sebagai “mesin pengolah bahan mentah menjadi barang jadi”, akan memegang peranan yang sangat penting. Ia dapat menjadi factor penentu yang dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan ; karena itu objek-objek yang termasuk dalam transformasi itu perlu dinilai/dievaluasi secara berkesinambungan. Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan antara lain :
1.       Kurikulum/materi pelajaran,
2.       Metode pengajaran dan cara penilaian,
3.       Sarana pendidikan/media pendidikan,
4.       System administrasi,
5.       Guru dan personal lainya dalam proses pendidikan.
C.      Output
Sasaran dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut Achievement Test.
2.1.2    Subjek Pendidikan
Subjek/pelaku pendidikan adalah orang yang melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat disebut subjek evaluasi untuk setiap tes ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku, karena tidak setiap orang dapat melakukannnya.
Dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana sasaran evaluasinya adalah sasaran belajar, maka subjek evaluasinya adalah guru atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu. Jika evaluasi yang dilakukan itu sasarannya adalah peserta didik, maka subjek evaluasinya adalah guru atau petugas yang sebelum melaksanakan evaluasi tentang sikap itu, terlebih dahulu telah memperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai sikap seseorang.
Adapun apabila sasaran yang dievaluasi adalah kepribadian peserta didik, di mana pengukuran tentang kepribadian itu dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes yang sifatnya baku (Standardized Test), maka subjek evaluasinya tidak bisa lain kecuali seorang psikolog; yaitu seseorang yang memang telah dididik untuk menjadi tenaga ahli yang profesional dibidang psikologi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa disamping alat-alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang itu sifatnya rahasia, juga hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari tes kepribadian itu, hanya dapat diinterpretasi dan disimpulkan oleh para psikolog tersebut, tidak mungkin dapat dikerjakan oleh orang lain.


2.1.3 Pengukuran Bidang Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
A. Kompetensi Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan sebuah komponen yang mempengaruhi belajar siswa. Guru mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar dan tingkah laku siswa di dalam kelas. Sebagai manusia, dalam dirinya, seorang guru mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kedua aspek tersebut berpengaruh terhadap jati dirinya sebagai seorang guru pendidik.
  1.  
    1. Kompetensi
Kompetensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Terkait dengan peranan yang dimiliki oleh seorang guru dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru adalah kemampuan guru tersebut mengajar dan mendidik siswanya. kompetensi guru dibagi menjadi 3 yaitu kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
  1.  
    1.  
      1. Kompetensi/kemampuan kognitif.
Kompetensi/kemampuan kognitif guru adalah kemampuan guru di mana ia mengatur dan mengembangkan kemampuan berpikirnya. Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan penguasaan guru terhadap materi pembelajaran. Artinya, kemampuan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi materi mana yang harus disampaikan kepada siswa, memilih materi yang cocok dan sesuai, serta menerapkan metode mengajar yang sesuai dan pemikiran yang kreatif. Dalam proses belajar mengajar, kompetensi guru sangat berpengaruh karena meliputi sejumlah kemampuan dalam penerapan metode mengajar yang juga akan membawa pengaruh dalam kelas. Guru yang menguasai materi dan kreatif akan dapat menciptakan kelas yang termotivasi tinggi sehingga proses peningkatan keterlibatan siswa menjadi terdukung.


  1.  
    1.  
      1. Kompetensi afektif.
Kompetensi ini merupakan kemampuan guru dalam melibatkan aspek kemanusiaan dalam mendidik siswa. Aspek kemanusiaan tersebut adalah cinta (love), pengertian (understanding), kesabaran (patience), dan penghargaan (appreciation) yang ia berikan kepada siswa. Sebagai makhluk Tuhan, siswa tidak hanya sebagai subyek pembelajaran, tetapi mereka juga manusia yang mempunyai hati dan perasaan. Guru yang penuh cinta, kepedulian, dan pengertian akan membuat siswanya senang dan termotivasi untuk belajar. Sebaliknya, guru yang kejam dan mempunyai kewenangan tinggi dan suka meremehkan siswanya akan membuat siswa kurang termotivasi dan merasa tidak nyaman saat belajar.
  1.  
    1.  
      1. Kompetensi psikomotor.
Kompetensi atau kemampuan psikomotor adalah kompetensi guru dalam menggerakkan tubuhnya dan melakukan sesuatu kegiatan sebagai hasil kerja otak dan pikiran. Kompetensi seperti ini dapat dibentuk kemampuan guru dalam mengajar saat proses belajar mengajar berlangsung.
  1.  
    1. Kepribadian
Kepribadian seorang guru juga mempunyai pengaruh yang besar dalam proses belajar mengajar. Pengaruh tersebut lebih dikenakan pada tujuan pembelajaran siswa karena hal itu erat kaitannya dengan guru yang bersangkutan. Kepribadian guru tersebut melbatkan hal seperti nilai, semangat bekerja, sifat atau karakteristik, dan tingkah laku. Sebagai manusian seorang guru mempunyai nilai (values) yang diimplementasikan saat ia berbicara dan bertingkahlaku di depan kelas. Sebagai contoh, rasa tanggung jawab untuk melakukan sesuatu hal, kesediaan membantu orang lain, berkorban, dan lain-lain. Termasuk dari tuntutan kurikulum dan buku, guru juga harus bias menyampaikan perasan yang terkandung di dalamnya yang berkaitan dengan nilai kehidupan kepada siswa.

B. Kompetensi Siswa.
Disamping guru, keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar juga mempunyai pengaruh yang sangat besar. Seperti layaknya guru yang sudah dijelaskan sebelumnya, sebagai manusia, siswa mempunyai 2 aspek yaitu kompetensi dan kepribadian. Kompetensi tersebut juga meliputi hal yang sama yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Kompetensi siswa merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk menerima dan menerapkan semua materi yang telah disampaikan oleh guru kepada mereka. Kompetensi kognitif siswa merupakan kemampuan siswa dalam mengembagkan cara berpikirnya dalam menerima materi. Kompetensi afektif adalah kemampuan siswa dalam membangun motivasi bagi diri mereka sendiri sehingga tercipta kesiapan untuk melaksanakan proses belajar. Sedangkan kompetensi psikomotor merupakan kemampuan yang melibatkan gerakan tubuh siswa sebagai hasil pembelajaran yang ia serap dari proses belajar.
2.2  Menentukan Entering Behavior
                Entering behavior adalah gambaran tentang kesiapan siswa. Kesiapan yang paling penting diketahui guru ialah kesiapan siswa dalam hal pengetahuan dan keterampilan dihubungkan dengan tujuan pengajaran; karena entering behavior mampu menjelaskan kapan pengajaran harus dimulai. Secara keseluruhan ada 4 hal yang harus diperhitungkan dalam menentukan entering behavior siswa.
1.       Kesiapan
Ini yang pertama dan paling utama. Teknik yang paling mudah dalam menentukan kesiapan ialah menyelenggarakan pretest. Isi pretest disini bukan mengenai bahan yang akan diajarkan melainkan mengenai bahan yang mendahuluinya (prerequisite-nya) tes mengenai penguasaan bahan dapat mempermudah  siswa mempelajari bahan yang akan diajarkan.
2.       Kematangan
Ini adalah konsep yang menyangkut keadaan biologis dan psikologis yang sering disebut dengan istilah masa peka. Entering behavior siswa yang menyangkut kematangan dapat ditetapkan dengan cara mengajukan pertanyaan. Apakah sudah tepat waktunya mengajarkan bahan tersebut pada siswa.secara teoritis kematangan siswa untuk mempelajari  bahan baru ditentukan dengan menggunakan teori-teori biologi dan psikologi. Teori-teori itu dapat menjelaskan masa-masa peka manusia pada umumnya. Kesiapan dan kematangan merupakan dua pertimbangan entering behavior yang amat erat hubungannya. Siswa yang belum matang (peka) tentu saja belum siap, tetapi siswa yang belum siap mungkin saja sudah matang.
3.       Perbedaan individu
Dalam pengajaran, guru harus mempertimbangkan perbedaan individu. Ini adalah salah satu ciri pengajaran modern yang mengangggap manusia adalah makhluk individual, yang tidak dapat diperlakukan dengan cara yang sama. Perbedaan individu itu banyak seginya. Yang penting dalam menentukan entering behavior siswa adalah perbedaan umur, jenis kelamin, dan perbedaan dalam pengetahuan. Pertimbangan mengenai umur akan mempengaruhi cara mengajar, evaluasi, penggunaan alat, dan lain-lain. Cara mengajar dengan menggunakan metode diskusi misalnya, jelas ditentukan juga entering behavior berapa umur siswa. Anak kecil belum dapat diajar dengan menggunakan metode diskusi.  Pemilihan bahan juga ditentukan oleh pertimbangan umur siswa.
4.       Perbedaan individu siswa.
Teori-teori tentang kepribadian termasuk bagian yang sulit dalam psikologi. Ada siswa yang kepribasiannya terbuka dan ada yang tertutup; ada yang pendiam ada yang lincah; ada yang menyenangi keterusterangan ada yang menyukai sindiran berupa kalimat bersayap; ada yang senang bergaul ada yang suka menyendiri; ada yang gampang tersinggung tetapi banyak yang tidak mudah tersinggung; ada yang dengan mudah memaafkan dan ada sedikit yang tidak mudah member maaf kepada temannya yang bersalah sekalipun tidak sengaja.
Hubungan antara susunan kepribadian yang bermacam-macam itu dengan entering behavior ialah entering behavior itu merupakan keputusan kita tentang hubungan keadaan kepribadian itu dengan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Dalam operasinya, pengetahuan kita tentang keadaan kepribadian siswa akan mengilhami keputusan kita mengenai entering behavior siswa.
                Tujuan utama menentukan entering behavior siswa ialah agar guru dapat menyelesaikan pengajaran yang efektif dan efisien. Keputusan kita tentang entering behavior siswa akan menentukan pemilihan materi pengajaran, bentuk interaksi  (metode), pemilihan alat, evaluasi, dan lain-lain.



2.2.1 Menetapkan Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar dalam Rangka Mengidentifikasi Entering Behavior Siswa
a. Sasaran-Sasaran Kegiatan Belajar-Mengajar
Setiap kegiatan belajar mengajar pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan tersebut bertahap dan berjenjang mulai dari sangat operasional dan konkret sampai yang bersifat universal. Tujuan itu pada akhirnya harus diterjemahkan dalam ciri-ciri / sifat-sifat wujud perilaku dan pribadi dari manusia yang dicita-citakan. Sistem pendidikan harus melahirkan para warga Negara yang memiliki empat kemampuan, kecakapan dan sifat utama, yaitu :
  • Self realization, maksudnya manusia harus mampu mewujudkan dan mengembangkan bakat-bakatnya seoptimal mungkin.
  • Human relationship (hubungan antar manusia)
  • Economic efficiency (efisiensi ekonomi)
  • Civil responsibility, manusia harus memiliki tanggung jawab sebagai warga negara

b.Entering Behavior Siswa
Meskipun terdapat keragaman dari berbagai paham dan teori tentang makna perbuatan belajar, namun teori manapun pada akhirnya cenderung untuk sampai pada konsensus bahwa hasil perbuatan belajar itu dimanifestasikan dalam perubahan perilaku dan pribadi baik secara material-substansial, struktural-fungsional, maupun secara behavioral. Tingkat dan jenis karakteristik perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan belajar mengajar inilah yang dimaksudkan denganEntering Behavior. Entering Behavior ini akan dapat kita identifikasikan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Secara tradisional, lazimnya para guru memulai dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan-bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
2. secara inovatif, guru-guru sudah mulai mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan cara melakukan pre-test sebelum memulai kegiatan belajar mengajar.
Dengan mengetahui gambaran tentang entering behavior, siswa akan memberikan banyak sekali bantuan kepada guru, antara lain :
1) Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual antarsiswa dalam taraf kesiapannya, kematangannya, serta tingkat penguasaan dari pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai landasan bahan baru.
2) Dengan mengetahui disposisi perilaku siswa tersebut, guru akan dapat mempertimbangkan dan memilih bahan, metode, teknik, dan alat bantu belajar mengajar yang sesuai.
3) Dengan membandingkan nilai hasil pre-test dengan nilai hasil akhir, guru akan memperoleh indikator yang menunjukkan seberapa banyak perubahan perilaku yang terjadi pada siswa.

Mengingat hakikat perubahan perilaku itu dapat berupa penambahan, peningkatan hal-hal baru terhadap hal lama yang telah dikuasai, atau bahkan berupa pengurangan terhadap perilaku lama yang tidak diinginkan (merokok, mencontek, dsb) , maka sekurang-kurangnya ada tiga dimensi dari entering behavior itu yang perlu diketahui guru adalah :
a. Batas-batas cangkupan ruang lingkup materi pengetahuan yang telah dimiliki dan dikuasai siswa.
b. Tingkatan dan urutan tahapan materi pengetahuan, terutama kawasan pola-pola sambutan atau kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang telah dicapai dan dikuasai siswa.
c. Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikomorik, proses-proses kognitif, pengalaman, mengingat, berpikir, afektif, emosional, motivasi, dan kebiasaan.

Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan :
a) Sejauh mana batas-batas materi pengetahuan yang telah dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.
 b) Tingkat dan tahap serta jenis kemamupuan manakah yang telah dicapai dan dikuasai siswa yang bersangkutan.
c) Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.
d) Seberapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sebelum belajar dimulai.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

ada nama pengarang dari materi di atas

Posting Komentar