Metodologi Pengajaran

Selasa, 12 Oktober 2010

TEORI BELAJAR

1.      Teori Belajar Menurut Thorndike
    Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.
    Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
    Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

    2.    Teori Belajar Menurut Watson
    Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.

    3.    Teori Belajar Menurut Clark Hull
    Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis (Bell, Gredler, 1991).

     4.    Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
      Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
      Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
      Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).

      5.    Teori Belajar Menurut Skinner
      Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
      Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.



      TEORI MENGAJAR
      Mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar untuk merobah tingkah laku atau memberikan keterampilan baru kepada seseorang.
      Beberapa teori mengajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain adalah:
      1. Teori Mengajar Bruner
       Bruner berpendapat bahwa mengajar hendaknya:

      a. Menguraikan pengalaman belajar yang perlu ditempuh oleh siswa 
      1. Menguraikan cara organisasi batang tubuh ilmu pengetahuan yang akan dipelajarinya
      2. Menguraikan secara sistematis pokok-pokok bahasan yang akan diajarkan kepada siswa
      3. Menguraikan pengautan-pengautan dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan Bagi   Bruner mengajar adalah penyajian konsep-konsep dan masalah secara bertahap dalabentuk yang mudah untuk dipahami.

      Bruner mengemukakan beberapa tekhnik penyajian :
      1. Sibolik berupa penggunaan bahasa dalam penyajian ide objek dengan memperhatikan (perkembangan kejiwaan anak)
      2. Ikonik berupa penggunaan gambar dalam penyajian konsep terhadap siswa penyajian ini bersifat abstrak
      3. Enaktif berupa kegiatan kognitif dalam bentuk gerak psikomotor, artinya si pelajar dan guru langsung mepraktek apa yang diajarkan.
      Bila seseorang siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajar dengan pemberian secara simbulik atau dengan pemberian objek oleh guru secara verbal, maka guru akan melanjutkan dengan mempergunakan cara ikonoiik akan tetapi masih dalam bentuk abstrak dan kalu siswa masih juga belum mengerti apa yang diterangkan maka selanjutnya guru mengajak siswa untuk mempraktekan langsung atau langsung siswa diajak kedalam situasi yang sesungguhnya.

      1.      TEORI MENGAJAR AUSUBEL

        Dalam teori mengajar menurut Ausubel ini sering juga disebutkan bahwa mengajar adalah memberikan bahan verbal yang bermakna bagi siswa.
        Inti utama dalam mengajar ialah mengindentifikasi apa yang telah diketahui siswa dan menerangkan apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut serta bagaimana menstrukturkannya sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah untuk dipahami sebagai sesuatu kebulatan pengetahuan yang utuh.
        Berhubungan dengan itu maka Ausubel mengemukakan konsep antara lain:
        • Bahan pengait
        Berupa bahan atau materi pelajaran lain akan tetapi sangat mendukung dan berkaitan dengan materi yang akan atau sedang diajarkan, sehingga guru dituntut untuk tahu dan dapat mempelajari bahan-bahan lain yang berkaitan dengan materi yang disaksikan. Seperti jika seorang guru menerangkan gerhana materi total maka bahan pengaitannya adalah perdasaran planet.

        • Belajar bermakna
        Mempelajari bahan pelajaran dengan berusaha menghayati makna logis makna psikologis dari materi yang disajikan.
        • Makna logis, yaitu makna yang terdapat dalam kamus atau dengan perkataan lain adalh makna yang tidak terbantahkebenarannya.
        • Makna psikologis, yaitu makna menurut persepsi seseorang terhadap yang diterimanya, sehingga bisa saja makna psikologis ini akan berbeda-beda masing-masing orang.

        Beberapa Definisi Mengajar :
        1. Mengajar – menanamkan pengetahuan pada anak 2. Mengajar – menyampaikan kebudayaan pada anak 3. Mengajar – mengatur lingkungan – terjadi PBM

        3.  TEORI MENGAJAR GAGNE
        Menurut Gagne mengajar sesungguhnya adalah penataan situasi dan kondisi belajar seseorang, dan orang yang belajar itulah yang sesungguhnya yang akan berusaha untuk mencari sendiri, sedangkan guru hanya akan menata situasi sedemikian rupa.
        Dalam menata situasi mencakup beberapa hal antara lain adalah :
        1. Motivasi
        2. Arah minat dan perhatian
        3. Evaluasi hasil belajar

        Prinsip-prinsip belajar :
        1)      Tujuan belajar harus dikatahui anak
        2)     Tujuan belajar perkalian dengan kehidupan anak
        3)     Tujuan berharga bagi siswa
        4)     Proses dan hasil belajar berpusat berhubungan dari acuan
        5)     Dalam proses siswa terlibat dan mengalami
        6)     Anak didik bereaksi suatu keseluruhan, jasmani dan rohani
        7)     Siswa akan bereaksi apabila lingkungan mengandung arti baginya
        8)     Dalam belajar anak memerlukan bimbingan
        9)     Yang diperoleh dari belajar adalah suatu kesatuan atau tidak terpotong-potong
        10)  Harus ada tujuan sampingan selain tujuan utama.

        0 komentar:

        Posting Komentar